Dokpri : Ciptakan Dunia Bermain Yang Menyenangkan Bagi Anak |
Hati saya kok jadi trenyuh kebat-kebit manakala melihat seorang ibu muda sedang memarahi anak-anaknya agak keras.
Persoalannya sepele banget. Anak-anaknya yang tengah asyik bermain di area publik,tiba-tiba di tarik langsung (ibaratnya kayak mencerabuti akar tanaman) sontak sang anak pada geger "menjerit" tanda penolakan tidak mau melepaskan dari kegiatan bermainnya.
Mungkin tujuan sang ibu tersebut ada baiknya, mengajak istirahat (bisa minum atau makan) namun cara penyampaiannya terburu-buru. Sehingga kesannya seperti memaksakan kehendak pada buah hati tercinta.
"Awaaaaas, kalau gak nurut mamah, kalian gak dapat mainan lagi !!! "
Gertak sambal sang ibu, yang tampak gusar melihat anak-anaknya pada gak menurut semua.
************************
Fix, that's it. Okay saya juga mengakui pernah mengalami hal serupa. *Jujur saja, beban as house wife kadang bikin pegel hati alias bete. Jika dibawa keterusan eeh jadinya nanti bermuara ke emosi sesaat. Hahaha.
Mendapat pencerahan, setelah mengikuti sesion Parenting Guide, di sekolah PG-TK terpadu anak saya Umar Bin Khatab Kudus (2009), ketika itu memang gratis. *Alhamdullilah, kalau dapat ilmu yang gratis dan bermanfaat.
Yang saya ingat betul adalah salah satu materi tentang bermain.
Yup." Dunia anak identik dengan dunia bermain" setuju, kan ???? "
Pedagog senior Dr. Kartini Kartono yang menulis buku "Psikologi Anak" menjelaskan jika kegiatan bermain yang sering dilakukan anak-anak bisa dikatakan kegiatan yang positif dan mendatangkan manfaat.
Bermain mmerupakan rehearsal (sebagai medium latihan dan pembelajaran) terutama bagi anak-anak.
Tidak heran, jika kebanyakkan anak-anak menyenangi dunia bermain.
Sebelum ada pembekalan tentang parenting, saya serba salah persepsi. Seringnya menekankan anak-anak untuk selalu rajin dan mencintai belajar ketimbang menghabiskan waktu "dolanan" atau bermain-main.
Bisa-bisa saya mencak-mencak, merasa suami ataupun mertua terlalu memanjakan anak-anak dengan menghujani banyak mainan. [ Emang saya cenderung suka membelikan yang berbau pengetahuan seperti buku-buku cerita, mewarnai maupun majalah anak ]. Hadewww, mbiyuuung.
Untungnya itu siiih dulu, dulu lhooo...hehehe
Saya gak kebablasan melarang setuju anak-anak untuk terus mencicipi indahnya dunia BERMAIN. See ???
Pokoknya bermainlah dengan riang gembira bersama teman dan lingkungan sekitar. Kalau (mampu) bisa menyediakan "Playground" ala kita sendiri. Lebih aman, praktis dan bisa dimonitor setiap waktu. Hahahaa
Dokpri : Salah satu playground keponakan tercinta |
Catatan penting bagi saya (yang selama ini talkactive jika berurusan dengan mainan) bahwa intinya dalam semua proses bermain malah mendatangkan manfaat.
Permainan dianggap bisa merangsang perkembangan sensor motorik serta kognitif (nalar) anak-anak. Makanya (kini) saya pengin juga ikut terlibat, jika perlu mengajak mereka bermain dengan beragam mainan anak maupun sarana permainan di berbagai kesempatan.
Mainan Anak |
Nih, ada beberapa kiat mudah agar bermain anak-anak membuatnya lebih cerdas dan akrab :
Pilih Waktu Yang Tepat
Saya menghindari mengajak main anak-anak dalam kondisi lelah, lapar atau mengantuk. Alih-alih anak bisa full happy, malahan berujung ribut atau rewel di situasi yang serba kurang nyaman. Karena itu sesuaikan dengan waktu senggang mereka.
Enjoy Bersama
Yang terpenting saat bermain, biarkan anak-anak merasa bebas mengeksplorasi dan menikmati setiap waktu bermainnya. Jangan sampai memecah keasyikan main anak-anak hanya sekedar untuk mendikte atau mengingatkan sesuatu hal.
Berikan Pujian
Hal yang terasa sepele namun memiliki efek yang luar biasa. Ketika anak-anak dengan riang menunjukkan mainan atau sedang memamerkan sesuatu ada baiknya orang tua yang turut mengawasi memberikan perhatian (jangan sibuk dengan urusan masing-masing, seperti lebih mementingkan BBMan) ini siiih, yang seringnya saya lihat. *Hayoo, ngaku.Tahu nggak ? Dengan memberikan pujian serta dorongan saat bermain tentunya akan meningkatkan rasa percaya diri tumbuh berkembang dengan baik pada diri anak.
Jeli Pilih Mainan
Tidak asal sembarangan saja dalam menghadiahkan beragam mainan anak, akan menjadi pertimbangan baik orang tua. Memilih jenis mainan edukatif yang sesuai dengan tingkat usia maupun kebutuhannya. Hal ini akan memudahkan anak dalam menemukan dunianya. Semisalnya saja jenis mainan yang bisa menstimulasi kemampuan dalam mengendalikan diri dan mengambil keputusan secara cepat meliputi mainan Puzzle, Lego ataupun Balok Susun. Sementara ada juga mainan yang bisa mengasah kemampuan motorik seperti kereta api, kuda poni, ular naga dll.
Menjadi pengetahuan tambahan agar orang tua (kayak saya *kadang-kadang naik tensi :D) memberikan kebebasan bereksplorasi bermain (belajar) anak berjalan baik memang dibutuhkan Encourage Parenting. Yakni dengan memberikan kemudahan anak-anak tercinta semisal menyediakan mainan anak-anak yang bermanfaat, kreatif dan sesuai dengan usianya.
Jadi, sekarang enggak perlu pemaksaan dong saat anak-anak sedang enjoy dengan dunianya bermain. tetaplah sebagai orang tua bijak yang penuh dengan pemikiran arif. *Tunjuk jari-nih saya mau belajar lagi. Xixixi.
Harapan saya pengin anak-anak saya bisa tumbuh kembang dengan baik dengan menjadikan rumah sebagai medium bermain sekaligus pembelajaran terbaik. Setujuuuu, bagaimana dengan Anda ???
Tringat waktu kecil ku dibekali boneka (walo bekas) tp lmyn byk...trus dpt printilan kyk keramik, pkotak korek api, atau kotakan2 lainnya yg akhirnya disusun jadi rumahrumahan
BalasHapusMaennya sm kakak
kok samaaaa ya...hehehe bagaimanapun juga tetep mengasyikkan :)
HapusSering sekali mengamati, baik itu keluarga kakak dan adik saya, keluarga sahabat, kerabat dan laiinya.
BalasHapusKebanyakan orang tua, sering memaksakan kepada anak, sesuai keinginan mereka. Ini sulit, karena anak belum pernah menjadi orang tua.
Orangtualah yang harus memahami anak terlebih dahulu, karena tentu tahu bagaimana sifat kanak-kanak
Postingannya keren
Nah itulah Bund orangtua gamang jika ada dilema demikian. Tapi kalau sedikit bersabar dan bijak smeua bisa teratasi ...bismillah. Makasi ya Bund (f)
Hapuswuah informasi yang sangat bermanfaat...
BalasHapusSilahkan berkunjung ke blog saya ya www.fauzulandim.com dan www.blogofeducation.com yang belum folllow silahkan follow ya, makasih
Setuju mbak.... klo msh balita kyknya aku msh bisa menahan esmosi mbak....hehhee... klo remaja piye? Ah...aku pengen bgt belajar ilmu parenting beginian :)
BalasHapusHaduh maaaak, akupun SERIIIIING bersikap seperti itu dan nyeselnyaaaaa :( :(
BalasHapusBaiklah. Tengkyuuu sharingnya ya mak.
Dunia anak identik dengan dunia bermain. Setuju, apalagi diselipin sedikit pembelajaran...
BalasHapusAku juga belajar lagi nih mbak :)
BalasHapusnoted mbakkk.. saya juga sedang membekali diri sebanyak mungkin sebelum punya anak
BalasHapusbener tuh mbak, puzzle sama lego bisa menambah pengetahuan anak untuk lebih berkreativitas
BalasHapusini saya baca dari buku apa gitu, intinya anak di bawah tujuh tahun boleh dibiarin main2 dengan pengawasan ortunya
gitu
Biarkan anak itu bebas bermain asalkan sebagai tante saya tetap mengawasi keponakan saya dalam bermain.
BalasHapusYa, aku setuju kalau dunia anak ya dunia bermain. Bermain seperti apa ? Ya bermain yang bisa merangsang gerak motorik si anak. Bukan diberikan handphone kekinian or ipad -__-
BalasHapuskalo kata ibu-ibu sih anak lagi main atau lagi mikir harus dibiarin. soalnya anak lagi berkreasi. bner ga yah :D
BalasHapuspaling sering kalo masih kecil digituin, malah dipukul sama sapu lidi wkwk, karna lupa waktunya main :)
BalasHapusmainan bisa macem-macem..ada juga yang gak perlu beli malah...wong dikasih botol minum seneng xD
BalasHapusbeliin raffi mainan ya budhee
Bermain bagi anak2 mah berarti belajar ya Mba :) Kalau waktu kecil kurang main, nanti sudah dewasanya malah pengen main melulu hihi...
BalasHapussetuju aku maakk, setuju buangett, bermain adalah sarana belajar bagi anak, jadi kita sebagai ortunya harus support mereka dengan baik. Salah satu bentuk support kita adalah menyediakan waktu untuk menemani mereka, bener kan maaak ?
BalasHapusDuh aku kok berasa jadi omah-omah nyinyir gini ? *tunggu, aku benerin konde dulu*
sama-sama belajar ya mbak
BalasHapus