"Bagai si Punguk Merindukan Bulan" ...akhh aku akan menampik keras pameo ini. Tidak berlaku dalam kamusku bahwa untuk menggapai mimpi adalah hal yang mustahil.
Bagiku, bermimpi adalah indah. Tidak merasa merugikan siapapun atau merasa dirugikan. Wong, mimpi itu gratis tis tis... kok. Hanya memberikan motivasi hidup, biar lebih bergairah. Merasa ada yang harus dilakukan apalagi kalau itu sejalan dengan panggilan jiwa. Wow, rasanya seperti tak lekang oleh panas atau pun lapuk oleh hujan..
Juga selama masih memiliki mimpi dengan kuat, pastilah akan bisa tercapai mimpi tersebut. Amiiin.
Juga selama masih memiliki mimpi dengan kuat, pastilah akan bisa tercapai mimpi tersebut. Amiiin.
Meruntut dari segalanya, aku ingat bagaimana senengnya bisa dapat membaca apalagi kalau majalah itu diperoleh cuma-cuma. Maklum, dulu orangtua jadul tidak seperti ortu era masa kini. Dimana anak-anaknya dibanjiri dengan bejibun buku ataupun bacaan menarik lainnya selain majalah anak.
Masih ingat dulu, senengnya dapat sobekan kertas pembungkus gorengan... ada cerita/dongeng anaknya. Wuih, isinya menarik untuk dibaca :) Meski kertasnya penuh berlumuran minyak goreng.
Ada lagi cerita waktu klas dua es de, dibela-belain selalu berangkat pagi, padahal jatah kelas masuk siang. Semua dilakukan tanpa pamrih agar bisa baca majalah "Bobo" nya Susi, sahabat akrabku dulu. Maklum sekolahanku dulu jaraknya cuma beberapa meter dekatnya dengan rumah Susi. Gara-gara keseringan baca gratis akhirnya, Voila kecil-kecil sudah punya nyali buat pinjem. Hehehe, bermuka tembok deh apalagi kalau membujuk Susi supaya mau menghibahkan Bobo edisi lamanya untuk diriku. :D
Alhamdullilah, untungnya aku dikelilingi teman-teman berhati mulia dan super baik. Tidak hanya Susi. Masih ada juga teman lain. Sebut saja Eni. Temanku yang manis ini memang maniak baca buku, eh juga keluarga besarnya juga. Karena waktu diajak main ke rumahnya sempat ngintip koleksi buku-bukunya yang beragam. Saat itu yang lagi terkenal kan, seperti Nina... Petualangan Lima Sekawan dan ada juga Donald Duck bersama tokoh Walt Disney lainnya. Duh, tambah ngilerr gak..... ^_^.
Sebenarnya dirumah, aku harusnya bersyukur juga, meskipun tidak berlangganan majalah, tapi isi rumah penuh dengan koran juga majalah dari berbagai media. Ya, memang Ayahku seorang jurnalis. Pekerjaannya juga tidak jauh berbeda~ mengetik naskah, mencetak foto, jadi langsung kirim. Ujung-ujungnya datang wesel berwarna hijau. Saat itu sungguh aku tidak tertarik dengan kegiatan monoton seperti yang dilakukan Ayah. Mungkin karena pola pikirnya masih terlalu anak-anak ya, jadi kurang anggap serius. Cuma kalau menemukan suatu cerita anak atau petualangan langsung deh, tancap baca sampai lupa jam makan dan tidur.
Suatu ketika, Ayah meminta tolong untuk mereview naskah yang mau dikirim ke Redaksi. Saat itu yang terpikir aku hanyalah sekedar membaca lancar. Tapi anehnya, lama kelamaam aku merasa sensasi berbeda. Aku seperti menemukan dunia yang mengasyikan. Beruntunglah, pada waktu itu Ayah percaya sama aku yang klas tiga es de. Mungkin itulah titik awal aku mengenal denyut nadi menulis. Dari sekedar membaca, lalu memperhatikan bagaimana Ayah menyelesaikan semua konsep-konsepnya. Berikut referensi yang ada secara detail. Maka mulailah mencuat rasa keinginan tahuku akan dunia menulis.
Masa kecilku penuh dengan beragam warna kehidupan, karena itulah dalam benakku selalu penuh dengan inspirasi beserta ide yang bersliweran. Bak air yang terus menetes. Kalau tidak segera dituangkan akan jatuh entah berujung kemana. Alhasil banyak sekali tulisan yang bisa diketik lalu dikirim hingga dimuat di majalah/koran.
Sekelumit kisah dulu yang serasa melecut jiwaku. Merasa terpanggil untuk mengisi kekosongan diri haus akan kiprah menulis lagi di masa tua ini. Jiaaah...padahal keinginan itu sudah menggebu-gebu sejak memiliki buah hati.. Kapan ya bisa mewujudkan mimpiku yang tertidur panjang seperti dulu. Piawai menulis dengan berkelimpahan ide-ide cemerlang.
Yaaaa, aku harus tetap Smangaaaaat !!! Teruslah menulis dengan segala kemampuan yang ada. Jangan mudah patah arang. Tokh, nanti akan tiba masa manisnya setelah bersabar dalam penantian yang panjang.
Karena menulis merupakan panggilan jiwaku yang paling mendalam.
Yaaaa, aku harus tetap Smangaaaaat !!! Teruslah menulis dengan segala kemampuan yang ada. Jangan mudah patah arang. Tokh, nanti akan tiba masa manisnya setelah bersabar dalam penantian yang panjang.
Karena menulis merupakan panggilan jiwaku yang paling mendalam.
meng-quot kata2 kepala sekolah anakku : Bermimpilah setinggi mungkin, namun jangan sampai tertidur untuk mewujudkannya. Semoga semangat terus untuk mewujudkan mimpi, Mbak..:)
BalasHapusira
www.keluargapelancong.net
makasi ya mbak Ira yg keren... thks atas wise wordnya :)
BalasHapus