credit : Shutterstock |
Ternyata banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman orang terdekat seperti kerabat saya ini yang sedang mengalami kasus hukum.
Saya turut menemani selama proses awal hukum yang akan diajukan. Tidak jauh dari persoalan pembagian harta warisan. Terus terang saya sendiri awam, dan kurang paham hukum yang mengatur soal hak harta waris. Namun saya tertarik untuk mengikuti prosedur penyelesaiannya.
Kasus menjadi pelik lantaran ada pihak ketiga, yang dianggap mempersulit proses berjalannya pembagian hak waris.
Ceritanya begini, kerabat saya dulu sebut saja Dhe Yon pernah menikah lagi setelah bercerai. Dengan pernikahan terdahulu dikarunia 3 keturunan. Sedangkan dengan bu Wati ini hanya mengadopsi anak perempuan, Titi.
Kurun waktu lebih 15 tahun pernikahan menemui ketidakcocokan berakhir perceraian. Perlu diketahui Dhe Yon ini sudah menuliskan harta warisnya 2 rumah atas nama Titi. Sayangnya, hak asuh Titi yang saat itu berusia 5 tahun jatuh ke bu Wati.
Singkatnya Dhe Yon menikah lagi dengan bu Hani. Pernikahan ketiga ini memiliki 2 anak. Namun, ternyata masih ada cerita masa lalu yang belum tuntas.
Dimana bu Wati masih merasa berhak atas bagian hak 2 rumah tersebut. Sehingga sewaktu ada calomln pembeli yang tertarik dengan salah satu rumah yang menjadi hibah (atas nama Titi) tadi, mensyaratkan harta rumah dibagi 50% : 50%.
Nah ini yang menjadi akar permasalahan jadi lebih rumit, ternyata ditelusuri pernikaham kedua diketahui aspal pernikahan asli tapi palsu. Dikatakan demikian karena ada surat nikah namun data-data yang diberikan kurang valid.
Lumayan puyeng yah, sobat.Mengikuti serangkaian cerita tadi yang sekilas mirip benang layang-layang. Terkadang ditarik kencang, kadangkali molor. Sama halnya kasus ini, beberapa kali buntu apalagi berkaitan dengan jualbeli atas rumah yang disengketakan tadi.
Atas saran seorang pengacara (Lawyer) Dhe Yon, lebih baik merangkul pihak anak-anak pernikahan pertama untuk membantu. Salah satu caranya dengan melakukan gugatan hak waris terhadap ayah biologis.
Dokpri.: omahantik.com Pemberian surat kuasa terhadap Pak Parlind |
Dari situlah saya belajar memahami kasus yang bakalan dihadapi adalah hukum perdata. Prosedur yang akan dilakukan diantaranya :
Melakukan Gugatan
Langkah yang pertama ditempuh satu-satunya anak sulung Dhe Yon yang akan menuntut hak yang sama atas harta waris di Pengadilan Negeri (PN).
Mendatangkan Para Saksi
Salah satu yang penting berikutnya adalah mendatangkan para saksi yang memperkuat bukti akan keberadaan anak biologis dari Dhe Yon.
Keputusan Akhir Sidang PN
Setelah melewati serangkaian diatas tadi, pendaftaram gugatan di PN, mengikuti sejumlah sidang dari pengenalan, hingga mendatangkan para saksi sampai keputusan final Pengadilan Negeri.
Lumayan ribet dan tentunya menyita waktu dan tenaga. Terbilang capek ya pasti mengingat beberapa kali harus bolak balik ke PN. Selebihnya mengandalkan komunikasi intens antara klien seperti Dhe Yon dan pengacaranya. Mungkin komunikasi mutlak dimatangkan. Tidak menjadi soal mengingat sebagian besar kerabat Dhe Yon sama-sama pemakai setia XL.
Tidak perlu kuatir meski jauh di pelosok sinyal XL 4G LTE sudah merambah kemana-mana. Urusan apdet info seputar kasus, atau kirim scan data dokumentasi penting seperti Akta Kelahiran, Kartu Tanda Penduduk juga bisa dikirim langsung via email.
Sekarang infrastruktur XL sudah lebih dikembangkan maju, sehingga jaringan koneksinya lebih terjangkau luas. Dhe Yon terus kontak pengacaranya lancar jaya, meskipun Pak Parlind ini sedang mobile ke luar kota.
Keep Happy Blogging
Rumit juga ya Mba masalahnya, semoga cepat kelar dengan baik ya Mba. Aamiin :)
BalasHapusAmin YRA ndang cepet kelar y
HapusRibet juga ya kasusnya ini. Untung sinyal lancar jaya meski sampai pelosok ya :)
BalasHapusSignal kuat XL ini mendukung sekali
HapusNah ini XL akhirnya jadi solusi hukum juga ya, komunikasi lancar
BalasHapusSiaaap harus taat hukum
HapusWaduh, sebegitunya kasus soal warisan, duh jangan sampai mengalami hal kaya begitu juga ya, amit2 *ketuk palu hakim
BalasHapusHihihi dulu kpengin jadi lawyer jugaa
Hapussetuja.. apapun masalahnya kunci utamanya tetep komunikasi.
BalasHapusToss ya kaka Yosh
HapusRepot juga ya, untung pake xl, yang penting komunikasi lancar 😄
BalasHapusMakasih byk udah mampir ya mba
Hapushaduhhh kasus gtu rada ribet juga ya dan harus benar benar paham banget dengan kasus yang dihadapi biar lancar jaya gitu sama halnya XL yang selalu memberikan kelancaran dan kemudahan dalam berkomunikasi
BalasHapusEmang belajar hikmah nih dari kasus yang trjadi.Akh yang penting koneksi XL dah
HapusPercerian dan gugatan ini melelahkan, prosesnya panjang. Semoga setelah ini aman yaa
BalasHapusBene mba butuh proses pqnjang dah
HapusSemoga cepat kelar ya proses hukumnya dan bisa mendapatkan hak waris yang seadil-adilnya.
BalasHapusMakasi atas doa supportnya
HapusWah...catatan bagus ini, jadi tahu bagaimana proses pengadilan. Noted
BalasHapusBwnwr banget jadikan pengalaman berarti
HapusRumit memang kalau sudah masalah harta, Mbak Tanty.
BalasHapusharta warisan, harta gono-goni dan lainnya.
Terima aksih sharingnya, Mbak Tanty.
Harta oh harta. 😀😀
BalasHapusBerat y tugas pengacara..tp gajinya gedhe
BalasHapusMenarik banget mba blognya karena saya kuliah jurusan hukum jadi sekalian belajar, saya follow yaa ^^
BalasHapusSemoga cepat selesai iya mba masalahnya. Amin
BalasHapusSoal keluarga ini yang kadang memutus silaturahiim, semoga kasusnya lkas selesai.aamiin
BalasHapusduhh sy nih paling awam banget ttg profesi pengacara ini, tpi baca artikelnya mba chris lumayan ngasi gmbaran ttg profesi pengacara... makasih mba :)
BalasHapusSyukurlah, ya akses internet lancar Mbak.
BalasHapusKlo udah menyangkut soal harta waris, duh..rumit ya.
BalasHapusWah, ribet juga ya, mb tanty. Kalau hak waris emang sering jadi masalah saat mau bagi-bagi. Harus legowo melewati prosesnya yang panjang. Semoga segera tuntas.
BalasHapus